“The glass is half-empty, and storm clouds loom overhead, never with a silver lining.”
Kalimat yang relate dengan sikap pesimis.
Apa itu pesimis?
Kata pesimis sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “pessimus” yang berarti “worst” atau “terburuk”. Sedangkan pesimis menurut kbbi berarti orang yang bersikap atau berpandangan tidak punya harapan baik (kalah, rugi) ; mudah putus harapan.
Sehingga, orang yang pesimis adalah orang yang selalu melihat dan berfokus pada hal buruk di setiap situasi, susah untuk percaya akan keberhasilan.
Diantara kita pasti pernah ketemu sama orang yang pesimis, atau bahkan kita sendiri pernah pesimis? hahaha
IT’S OK, GENGS!! Hal tersebut sebenarnya wajar terjadi, namun akan jadi salah ketika kita mulai melihat segala sesuatu dalam kehidupan dari sisi negatif aja, seperti seakan sesuatu yang positif hampir enggak akan mungkin terjadi. Atau bahasa sekarangnya “negative vibes”.
Nah, “negative vibes” tadi ternyata enggak hanya dapat dirasakan seorang diri aja, tapi lawan bicara pun juga dapat ikut merasakan. Pernah dong ngalamin hal tersebut?? Karena memang gak sulit untuk mendeteksi apakah seseorang ini adalah pribadi yang pesimis atau tidak, cukup dengan berbicara dengannya selama 5 menit.
Jika dia banyak mengeluhkan hal yang bukan kuasanya (ex: cuaca, lalu lintas, atau hal-hal kecil disekitarnya), maka ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa orang tersebut adalah seseorang yang pesimis.
THE SIGN
Selain banyak complaint, orang yang pesimis juga cenderung menampilkan sikap-sikap kayak gak yakin, putus asa, kehilangan harapan, dan hal-hal seperti di bawah ini.1. Menyalahkan Diri Sendiri
Mereka yang pesimis biasanya hobi banget mengasihani dan menyalahkan diri mereka sendiri terhadap apapun yang terjadi, terhadap ketidaksempurnaan sesuatu. Padahal pada dasarnya, ketidaksempurnaan adalah hal yang wajar terjadi. Setelahnya pun yaa…gak ada juga tindakan yang mereka coba lakukan untuk merubah situasi tersebut menjadi lebih baik.
2. Terlalu Kompetitif
Kompetitif memang bagus sih, tapi segala sesuatu yang berlebihan kan tidak pernah bagus. Hehe. Bersikap terlalu kompetitif can only lead us to not accepting our loss.
3. Jealous
Yap! Iri, dan membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain adalah sesuatu yang enggak seharusnya dilakukan karena perbandingan tersebut bisa dikatakan gak “fair”,tapi hal ini berbeda bagi orang pesimis. Bagi mereka yang pesimis, hal ini wajar dan fair untuk dilakukan.
4. Gak Sabaran
…yang dimaksud di sini adalah gak sabar untuk mendapatkan hasil akhir dengan penuh perasaan cemas dan ragu. Terlalu berfokus pada “apa yang akan terjadi besok” dan melewatkan “apa yang bisa saya lakukan hari ini”.
5. Menghindari Orang Lain
Punya waktu untuk diri sendiri memang baik dan harus, tapi mengisolasi diri adalah hal yang tidak sehat untuk dilakukan. Biar gimanapun kita makhluk sosial yang sepatutnya berinteraksi dengan orang lain terutama untuk tujuan membuka wawasan dan bertukar pikiran.
THE CAUSE IS REAL...
Namun, perlu diingat bahwa segala sesuatu pasti terjadi karena ada yang melatarbelakangi dan setiap orang memiliki kekuatan yang berbeda dalam menghadapi dan menerima sesuatu dalam hidupnya.Hal ini berkaitan dengan tulisan yang dibuat oleh M. Farouk Radwan Msc yang menyatakan bahwa secara psikologis terdapat 5 penyebab seseorang menjadi pesimis, salah satunya adalah pengalaman buruk.
1. Pengalaman Buruk
Jelas banget kalo pengalaman buruk mampu menuntun seseorang menjadi pesimis, karena ketika seseorang sering mengalami kegagalan, maka ia akan mulai percaya bahwa “berhasil” itu mustahil terjadi. Yhaa, gimana mau percaya, kalo setiap kali dicoba gagal terus, iya kan?
2. Poor Company & Pessimism
Adalah sebutan untuk keadaan dimana seseorang merasa pesimis karena mendengar pengalaman buruk atau cerita orang lain, sehingga memengaruhi orang tersebut untuk mencoba.
Keadaan kayak gini juga sering terjadi di berbagai kalangan nih. Tapi tunggu, jangan langsung mengarahkan pemikiran untuk menyalahkan pihak yang bercerita (apalagi kalo pihak tersebut punya kemampuan persuasif), karena mungkin mereka cuma sekedar berbagi aja. Toh hal buruk memang pasti semua orang pernah alamin, gak salah dong untuk sharing?
Tapi kalo kita terus mengelilingi diri dengan banyak orang yang seperti itu, maka bukan enggak mungkin pikiran kita membentuk anggapan-anggapan buruk terhadap segala sesuatu dan bikin kita enggan untuk mencoba.
3. Pessimism & The Belief System
Sifat pesimis juga bisa terlahir dari sistem kepercayaan yang dimiliki seseorang ternyata. Hal ini menyangkut pada pembahasan limiting belief yang diperoleh oleh seseorang.
Here you can read more about limiting belief
4. Pessimism & Religious System
Pessimism is the absence of hope. Dan penelitian membuktikan bahwa orang yang memeluk agama cenderung lebih optimis dibandingkan yang tidak.
Agama adalah tentang keyakinan bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan berkuasa daripada kita yang mampu menjadikan apapun terjadi. Keyakinan tersebut menggiring kita bahwa kita tidak pernah sendiri dalam menghadapi segala hal, dan seburuk apapun situasinya, hal baik tetap memiliki persentase besar untuk terjadi.
Kalo kita aja kehilangan keyakinan akan hal tersebut, lalu pada siapa kita berharap selain pada diri sendiri? Yang mana, diri sendiri juga penuh dengan ketidakpastian. Nah, hal ini lah yang kemudian menjerumuskan kita menjadi pesimis.
5. Pessimism & Self Confidence
Ragu itu pasti, semua orang pernah mengalami keraguan. Baik terhadap kemampuannya, pemikirannya, skill-nya. Nah, sadar ataupun gak sadar keraguan ini membuat kita jadi enggak percaya diri dan mempertanyakan kembali kemungkinan keberhasilannya. Pada saat itu, pikiran-pikiran negatif bergerumun menguasai pikiran kita sehingga kita menjadi pesimis.
…SO DOES THE EFFECT
Selain disebabkan oleh hal negatif, pesimis juga menyebabkan hal yang negatif dalam kehidupan sehari hari, kaya contoh kecilnya adalah meningkatkan perasaan bad mood.Itu baru contoh kecilnya, perjalanan efek dari pesimisme ini masih panjang dan gak hanya berhenti sampe disitu aja gengs…
First, It Will Ruin Your Health
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Finland pada tahun 2016 juga menyatakan bahwa pesimisme benar-benar membuat lingkungan di dalam tubuh menjadi penuh dengan tekanan dan berujung pada terjadinya penyakit jantung. Selain itu, pesimisme juga bisa menyebabkan permasalahan tidur, tekanan darah tinggi, dan anxiety serta depression.
Second, Ruin Your Relationship
Orang yang pesimis akan berfous pada kemungkinan buruk yang akan terjadi dalam segala sesuatu, hal ini menyebabkan orang tersebut menjadi sulit untuk percaya. Dan karena sulit percaya itulah mereka pun enggan membuka diri kepada orang lain, termasuk juga kepada pasangan.
Persoalan tersebut membuat suatu hubungan menjadi lebih sulit dijalankan dibandingkan dengan kenyataannya, atau sebutan bahasa inggrisnya “you make it harder than it really is” sehingga meningkatkan terjadinya konflik dan drama kumbawa dalam hubungan tersebut, hahaha.
Sebenarnya hal ini gak cuma berlaku buat hubungan percintaan, dalam pertemanan pun juga akan sama. Semakin kita dewasa, pasti kita semakin peduli terhadap kesehatan pikiran dan jiwa kita. Siapa sih yang nyaman berteman dengan orang yang menebar “negative vibes?”
Third, Ruin Your Career
Selain mempersulit hubungan dengan orang, pesimis juga bisa menghancurkan kehidupan pekerjaan.
Kenapa?
Karena dalam dunia kerja, orang yang pesimis akan cenderung mudah menyerah ketika dihadapkan dengan situasi sulit, gak terlalu banyak mengambil pelajaran dari kegagalan, dan juga cenderung untuk “stab others in the back” dalam dunia kerja.
Itulah alasan mengapa hampir semua employer sangat mencari anggota yang memiliki growth mindset. Mereka ingin memiliki dan bekerja sama dengan orang yang mampu menghadapi dengan baik segala kesulitan yang ada dan mampu memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini juga dilakukan oleh employer untuk menghindari terjadinya drama di lingkungan kerja.
THE HELPS
Terbukti kan, bahwa menjadi seorang yang pesimis itu dapat menghancurkan banyak hal dalam hidup. Dari mulai kesehatan, hubungan dengan orang lain, sampai karir juga ikut hancur.Nah, untuk mengurangi hal tersebut, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Memahami Arti Kesuksesan
Enggak ada kesuksesan yang bisa didapat dengan cepat dan tanpa melalui beberapa kali kegagalan. Untuk itu, ketika gagal seharusnya kita gak perlu takut untuk kembali mencoba sampai mencapai keberhasilan yang diharapkan.
2. Mencari Akar Permasalahan dan Mengingat Kembali Tujuan
Dengan mengetahui penyebab awal kita menjadi pesimis, kita bisa menyusun ulang strategi kita. Memperbaiki kekurangan dan mencari cara lain sehingga kita bisa mencapai tujuan kita. Mungkin memang gak gampang buat di awal melakukan ini, tapi kalo gak gitu kita gak akan berhenti terpuruk kan?
3. Berfokus Kepada Peluang yang Bisa Diambil
Seorang yang pesimis biasanya akan lebih terfokus pada kemungkinan buruk yang akan terjadi, maka cobalah untuk mengganti fokus kepada peluang yang ada di hadapan kita dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan begitu, tanpa disadari kita telah melangkah untuk mendekatkan diri dengan tujuan kita.
4. Bercerita Kepada Orang Lain
Sebagai manusia tentunya kita semua memiliki orang-orang terdekat yang bisa kita ajak untuk saling berbagi cerita. Ceritakanlah apa yang kita rasakan pada mereka, namun kita juga harus ingat untuk menerima dengan baik masukan yang mereka berikan.
5. Mendekatkan Diri Kepada Tuhan
Keadaan spiritual yang baik akan menghadirkan harapan dalam hati dan jiwa kita, sehingga ketenangan pun mengikuti. Dengan begitu, seorang yang pesimis akan menjadi lebih tenang dan menghadapi dengan baik segala hal yang terjadi.
6. Do Good To Others
“I have found that among its other benefits, giving liberates the soul of the giver.”
-Maya Angelou-
Perlahan-lahan kita tidak lagi akan terfokus pada hal-hal yang tidak kita miliki, tapi kita akan lebih terfokus pada bagaimana kita bisa membantu orang lain walaupun hanya dalam hal-hal kecil seperti membukakan pintu untuk orang lanjut usia, mengambilkan barang yang letaknya tinggi untuk anak kecil.
See, masih banyak hal yang bisa kita lakukan dibandingkan hanya mengurung diri sendiri dalam pikiran yang penuh kenegatifan. Dunia ini tidak hanya tentang “buruk” tapi juga tentang “baik”. Kenapa kita hanya menikmati si “buruk” padahal kita juga punya si “baik”?
Komentar
Posting Komentar